
Sejarah Padukuhan Sambilegi Lor
Sejarah asal usul padukuhan sambilegi lor belum banyak yang meneliti. Berdasarkan temuan peta kuno peninggalan zaman belanda, dikutib dari https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/ ada beberapa Peta kuno yang menunjukan keberadaan lokasi padukuhan sambilegi lor saat ini, antara lain.
Gb. Peta Tahun 1869
Dalam peta angka tahun 1869 wilayah sambilegi lor sekarang, dahulunya bernama Sambiliga
Gb. Peta Tahun 1918
Gb. Peta Tahun 1926
Gb. Peta Tahun 1944
Dalam peta angka tahun 1918, 1926, 1944 wilayah sambilegi lor sekarang dahulunya bernama Modinan
Gb. Peta Tahun 2024 (https://e-journal.uajy.ac.id/)
Dalam peta lama yang memuat wilayah sambilegi lor, melengkapi data sejarah sambilegi lor dari sisi kesejarahan.
Cikal bakal Padukuhan Sambilegi Lor pada awalnya bernama Dusun Sambilegi, pada saat sekarang terbagi menjadi (dua) padukuhan yaitu Padukuhan Sambilegi Lor dan Sambilegi Kidul. Pada awalnya padukuhan sambilegi masuk di dalam Kalurahan Kembang.
Pada awalnya Desa Maguwoharjo merupakan wilayah yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, masing-masing adalah: Kelurahan Kembang, Kelurahan Nayan, Kelurahan Tajem, Kelurahan Paingan, Kelurahan Padasan. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka 5 (lima) Kelurahan tersebut digabung dijadikan 1 Desa yang otonom dengan nama Desa Maguwoharjo. Secara formal Desa Maguwoharjo ditetapkan berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan. Nama Maguwoharjo diambil dari nama lapangan terbang yang berada di wilayah ini yakni lapangan terbang Meguwo, yang sekarang semakin dikenal dengan Bandar Udara Internasional Adisutjipto. Dengan adanya Perda Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kalurahan nama “Desa Maguwoharjo” menjadi “Kalurahan Maguwoharjo“
1. Monumen Sambilegi

Gb. Foto kondisi Monumen Sambilegi
Deskripsi : berbentuk tugu setinggi kurang lebih 1,5 meter, diatas batur seluas 16 meter. Dasar tugu merupakan alas berlapis tiga. Relief yang tertera pada tugu merupakan lambang laskar rakyat, yaitu obor yang menyala, bambu runcing dan senapan bersilang, padi dan kapas, serta dibingkai rantai yang tidak putus.
Sejarah : dalam upaya menghambat pergerakan pasukan Belanda dari pangkalan Adi Sucipto, laskar rakyat mengadakan perlawanan di dusun Sambilegi, Maguwoharjo.
Dalam peristiwa ini telah gugur 10 orang pejuang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948
Monumen ini dibangun oleh Pemda Sleman untuk memperingati pertempuran yang terjadi di dusun Sambilegi tersebut.
Daftar yang gugur :
1. Bkri Laskar
2. Parto Surijo
3. Arjo Sentono
4. Harjo Sentono
5. Karso Pawiro
6. Kasan Pawiro
7. Sadinomo
8. Kariyo Loso
9. Basiro
10. Sastrohariono
Saat ini keberadaan monumen sambilegi masuk ke wilayah adminstratif Padukuhan Maguwo (utara pos PJR)
2. Situs Batu Candi
Di padukuhan Sambilegi Lor ditemukan batu andesit segi delapan berelief yang diduga merupakan bagian dari kemucuk sebuah bangunan. Oleh Dinas Purbakala DIY , batu tersebut telah diregristrasi dan sudah mendapatkan nomor reg. B.06.01

Gb. Foto batu andesit segi delapan berornamen
Batu segi 8 terbuat dari batu andesit memiliki ketebalan 39,5 cm dengan diameter 70 cm, Panjang sisi terluar 29 cm, memiliki 5 trap bagian atas dan 3 trap bagian bawah. Pada bagian atas terdapat ornamen/relief, ke 8 sisi terluar juga terdapat ornamen/relief. Bagian atas memiliki ceruk segi empat dengan panjang sisi 8cm sebagai masuknya purus dengan kedalaman 5 cm, sedangkan purus bagian bawah berbentuk lingkaran menonjol ke bawah dengan panjang 4cm dan berdiameter 33 cm.
Gb. Foto tim purbakala melakukan survei dan registrasi obyek temuan batu candi